Garam di Atas Bahu - Dari Mana Asal Takhayul Ini?

  • Bagikan Ini
Stephen Reese

    Ini adalah gerakan otomatis bagi banyak orang - melempar garam Melempar garam di atas bahu ketika seseorang tidak sengaja menumpahkan garam. Melempar garam di atas bahu adalah takhayul lama, yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tapi apa artinya? Mengapa orang melempar garam di atas bahu mereka, terutama yang kiri?

    Apa Artinya Bila Anda Menumpahkan Garam?

    Praktik melemparkan garam ke bahu Anda terkait erat dengan takhayul lain, yaitu menumpahkan garam. Jadi, kita tidak bisa benar-benar berbicara tentang melemparkan garam ke bahu Anda tanpa juga memeriksa rasa takut menumpahkan garam.

    Menurut tradisi, menumpahkan garam adalah nasib buruk Menumpahkan garam, baik secara tidak sengaja atau tidak, akan membawa nasib buruk dan konsekuensi negatif bagi Anda.

    Konsekuensi-konsekuensi ini bisa berupa pertengkaran besar yang akan mengakibatkan berakhirnya persahabatan. Orang lain percaya bahwa menumpahkan garam mengundang setan untuk melakukan tindakan jahat. Dan akhirnya, jika Anda menumpahkan garam, nasib buruk akan mengikuti Anda.

    Namun demikian, ada penawar untuk nasib buruk yang dibawa oleh garam yang tumpah, yaitu dengan melempar garam.

    Nasib buruk dapat dibalikkan dengan melemparkan sejumput garam yang tumpah ke bahu kiri Anda.

    Sisi kiri tubuh selalu diasosiasikan dengan sifat-sifat negatif. Itulah sebabnya mengapa kidal selalu dipandang sebagai sesuatu yang negatif, dan juga mengapa kita mengatakan dua kaki kiri Karena sisi kiri lebih lemah dan lebih jahat, secara alamiah, sisi kiri adalah sisi yang dipilih iblis untuk berada di sekeliling Anda. Ketika Anda menumpahkan garam, Anda mengundang iblis, tetapi ketika Anda melemparkannya ke bahu kiri Anda, garam itu langsung menuju ke mata iblis. Iblis kemudian akan dibuat tidak berdaya.

    Asal Mula Takhayul

    Ok, tapi dari mana takhayul ini berasal? Ada beberapa penjelasan.

    Pada zaman kuno, garam adalah komoditas yang sangat berharga dan berharga, sedemikian rupa sehingga selama Kekaisaran Romawi, garam bahkan digunakan sebagai mata uang. Kata 'gaji' berasal dari kata 'sal', kata Latin untuk garam. Inilah sebabnya mengapa kita memiliki ungkapan ' tidak layak untuk garamnya ' untuk mengindikasikan bahwa seseorang tidak sebanding dengan bayaran yang mereka terima.

    Alasan mengapa garam sangat dihargai adalah karena garam sangat sulit diperoleh, sehingga membuatnya menjadi komoditas yang mahal. Tidak semua orang mampu membeli garam, dan oleh karena itu, bahkan tumpahan garam yang tidak disengaja menyiratkan kecerobohan dan pemborosan.

    Kepercayaan agama juga memainkan peran penting dalam menjelaskan asal-usul takhayul ini. Beberapa agama memandang garam sebagai pengusir kejahatan dan pemurni yang digunakan dalam praktik spiritual mereka. Umat Katolik, misalnya, percaya bahwa garam mampu mengusir roh-roh negatif karena roh-roh jahat tidak tahan terhadapnya.

    Bahkan Umat Buddha tradisi melemparkan garam ke bahu mereka setelah pemakaman seseorang. Hal ini dilakukan untuk mencegah roh-roh datang dan masuk ke dalam rumah.

    Teori lain yang mencoba menjelaskan bahwa takhayul menumpahkan garam menjadi nasib buruk berasal dari lukisan Leonardo da Vinci, Perjamuan Terakhir Jika Anda melihat lebih dekat, Anda akan melihat bahwa Yudas, pengkhianat Yesus, telah menumpahkan garam di atas gudang garam. Ini mengasosiasikan garam yang tumpah dengan pengkhianatan dan firasat, sebagai simbol malapetaka yang akan datang.

    Ada juga hubungan alkitabiah lain yang melukiskan garam dalam cahaya negatif. Dalam Perjanjian Lama, istri Lot berbalik untuk melihat Sodom, tidak mematuhi instruksi Tuhan. Sebagai hukuman, Dia mengubahnya menjadi tiang garam. Banyak yang percaya bahwa kisah istri Lot menandakan bahwa iblis selalu berada di belakang Anda, jadi melempar garam ke bahu Anda adalah simbol untuk mengusir iblis.

    Pembungkusan

    Bagi mereka yang kurang mengetahui tentang takhayul, garam adalah bahan serbaguna yang digunakan untuk memasak dan bahkan mempercantik dan memurnikan. Bagi yang lain, garam lebih dari sekadar bahan karena menumpahkannya dapat membangkitkan setan. Untungnya, hanya dengan melemparkan sejumput garam yang tumpah juga dapat membalikkan nasib buruk dari menumpahkannya.

    Postingan sebelumnya Tato Bulu dan Makna Warnanya
    Postingan berikutnya Simbol Keindahan - Sebuah Daftar

    Stephen Reese adalah seorang sejarawan yang berspesialisasi dalam simbol dan mitologi. Dia telah menulis beberapa buku tentang subjek tersebut, dan karyanya telah diterbitkan di jurnal dan majalah di seluruh dunia. Lahir dan besar di London, Stephen selalu menyukai sejarah. Sebagai seorang anak, dia akan menghabiskan waktu berjam-jam mempelajari teks-teks kuno dan menjelajahi reruntuhan tua. Ini membawanya untuk mengejar karir dalam penelitian sejarah. Ketertarikan Stephen pada simbol dan mitologi berasal dari keyakinannya bahwa itu adalah dasar dari budaya manusia. Ia percaya bahwa dengan memahami mitos dan legenda tersebut, kita dapat lebih memahami diri kita sendiri dan dunia kita.